“Jokowi…Jokowi…Jokowi…Halal…”

  • Share

“JOKOWI…Jokowi…Jokowi…halal…halal.” Teriakan ini acapkali terdengar dari para pedagang di Tanah Suci Makkah yang tengah menggelar dagangannya di kaki lima depan Hotel Al Kiswah atau pun di lobi hotel itu sendiri.

Atau ,”Sini…murah-murah…lihat-lihat dulu…ayo sini.” Kalimat dengan bahasa Indonesia yang serba sepenggal-sepenggal itu mungkin karena para pedagang paham betul bahwa yang suka belanja adalah orang Indonesia.

 

 

Seperti dilaporkan wartawan Tabloid Harapan Indah Zulkarnain Alfisyahrin dari Makkah, Senin (10/6/2024), mereka yang berjualan di kaki lima yang umumnya orang Pakistan dan Bangladesh, selalu dihantui kedatangan Satpol PP setempat. Seperti kejadian sehari sebelumnya, para pedagang lari tunggang langgang begitu dagangan mereka disapu bersih petugas.

Beda dengan hari ini. Para pedagang yang membuka lapaknya selepas shalat Subuh, lebih tenang berjualan karena gak ada petugas.

“Jokowi…Jokowi…Jokowi…halal,” teriak pedagang bersahutan.

Maksudnya adalah dagangan mereka dijual dengan uang rupiah. “Tiga dua ratus…tiga dua ratus…”celetuk seorang pedagang yang menjual baju gamis senilai Rp200 ribu untuk tiga stel baju gamis.

 

Padahal, jualan baju yang sama di lobi hotel harganya paling murah Rp100 ribu untuk satu baju gamis. Alhasil, kalangan ibu-ibu, bahkan ada juga sejumlah kaum bapak, yang berburu jualan di kaki lima ketimbang lobi hotel.

“Sini…lihat-lihat dulu,” kata seorang anak berkisar usia 10 tahun, pun bisa mengucapkan sepenggal-sepenggal bahasa Indonesia. Tetapi ketika dilakukan transaksi, baru kemudian bahasa ‘Tarzan’ yang berlaku.

 

Ya, memang, kendati tahapan pelaksanaan Rukun Islam kelima belum dilakukan, sudah banyak warga yang memborong berbagai keperluan, mungkin ada untuk keluarga, sahabat, tetangga sebagai oleh-oleh dari Arab Saudi.

Saking banyaknya yang dibeli, PT Pos Indonesia hampir setiap hari menerima pengiriman barang ke Tanah Air. Mereka sudah masang stand di lobi hotel.

“Saya tadi ngirim seharga Rp800 ribu,” kata seorang rekan asal Kota Bekasi. Hal senada diakui rekan yang beda kamar dengannya yang mengirim belanjaan dalam empat kantong plastik ukuran jumbo. Mungkin ini adalah satu penyebab para pedagang setempat hampir semuanya bisa berbahasa Indonesia, walau sepotong-sepotong. Ya, karena hobi belanja orang Indonesia sendiri. (Bersambung)

Total Views: 171 ,
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *