Sebagai penerbit, Yayasan Mitra Insani sengaja memberi perhatian pada penerbitan buku-buku yang ditulis guru, siswa, atau para kepala sekolah. Selain sebagai rangsangan, kegiatan literasi ini memiliki peran strategis untuk menumbuhkan minat baca dan belajar siswa.
Karena itu pula, Inayatulloh menyatakan akan mendukung, mensuport, dan memberi perhatian penuh kepada para guru yang memiliki kapasitas untuk menulis. “Yah kita harus support karya sejumlah guru yang seperti ini, apalagi ada poin kenaikan kepangkatan guru di sini. Kita harus bumikan karya-karya seperti ini,” ujar Inayatulloh.
Usai acara serimonial, beberapa wartawan seniour yang hadir sempat mendiskusikan beberapa gagasan dan pemikiran Kadisdik. Bang Nur Hakim misalnya, dia merasa perlu menindaklanjuti gagasan Kadisdik dengan memberikan pelatihan dan bimbingan penulisan. Dia juga sepakat, kegiatan literasi seperti ini perlu terus dihidupkan dan digalakkan. Tapi tentunya ini tidak bisa optimal berjalan tanpa dukungan nyata dari pemerintah.
“Guru mikir dua kali mengeluarkan uang Rp10 juta untuk keperluan menerbitkan bukunya, kalau bukunya itu hanya numpuk di rak buku. Di sini peran pemerintah diperlukan. Misalnya membeli buku itu untuk mengisi perpustaan sekolah,” jelasnya.
Hal senada dikatakan Bang Imron, Bang Chotim, Bang Zaenal Arifin, dan Bang Zulkarnain Alregar. “Ok kita sambut apa yang dikatakan Pak kadisidik tadi, tapi jangan hanya support. Ini butuh dana. Emangnya cetak buku ga pake duit apa? Justru lewat Kadisdik kita gotong royong mewujudkan hal seperti ini. Bagaimana misalnya kita bikin semua perpustakaan PAUD/TK, SD, dan SMP dipenuhi buku-buku karya guru sekolah. Ini baru top namanya, jadi jangan berhenti sampai di Literacy Coffee ini saja,” tegas Zulkarnain yang diamini rekan lainnya.
Sebagai penulis, Nurmani mengaku bangga bisa melahirkan sebuah karya tulis dalam bentuk buku. Ini buku solo pertama, dan beberapa buku lainnya sudah diterbitkan dalam bentuk ontologi. Dalam peluncuran bukunya ini Nurmani mendapat suport dari penerbit yang memberikan buku gratis dari sponsor. Ada 40 buku yang diinfakkan dari donatur. Namun Nurmani mengakui, masih banyak lagi buku yang dicetaknya tapi belum tahu akan disalurkan ke mana.
Karena itu ia berharap pemerintah bisa mengambil peran di sini. Agar teman-teman guru pegiat literasi tidak ragu menerbitkan karyanya. Buku Pelangi Guru Literasi memang baru sedikit buku karya guru. Menurut Kadisdik, ini baru buku keempat se-Kota Bekasi yang terbit dari karya guru. Tentunya penerbitan yang baik adalah yang sesuai standar diknas, misalnya ada ISBN dan sebagainya. Buku buku seperti itulah yang bisa diusulkan sebagai buku yang bisa mengisi perlustakaan sekolah. (zas)