SEPERTI diketahui, Masjid Nabawi di Madinah Almunawarah punya daya tarik tersendiri yaitu payung raksasa. Payung raksasa ini jadi pelindung jamaah haji dari suhu panas yang menyengat di Arab Saudi, mencapai 45 derajat. Dan payung raksasa ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Abdullah Bin Abdulaziz, sekitar tahun 2010.
Teriknya Senin kemarin sangat terasa ke wajah sehingga membuat bibir pecah-pecah. Tapi, jika kita shalat di bawah payung raksasa, rasa terik itu hilang. Konon, payung ini bisa menurunkan suhu panas 8 derajat.
Seperti dilaporkan wartawan tabloid harapan indah Zulkarnain Alfisyahrin dari Medinah, Selasa (2/7/2024), jumlah total ada sekitar 250 payung raksasa yang bisa buka tutup sesuai kondisi cuaca. Biasanya dalam kondisi udara yang bersahabat, payung raksasa ini akan terbuka dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 17.00 sore.
Namun pada Senin kemarin, payung tersebut tetap buka sampai shalat Isya. “Lha kok gak tutup payungnya hari ini ya. Sampai malam masih terbuka,” ujar Yusuf, rombongan KBIHU Maulana Azhari terheran-heran.
Padahal, pada Minggu sore jelang Maghrib payung sudah tertutup. Hanya saja, kenapa payung raksasa terbuka seharian karena suhu yang panas membuat payung tetap terbuka, terutama di malam hari.
Biasanya jemaah mudah untuk mendokumentasikan proses buka tutup payung yang menakjubkan itu. Namun kemarin setelah kami tunggu-tunggu belum tertutup juga payungnya.
“Belum rezeki kita kali melihat payungnya tertutup,” lanjut Yusuf, jamaah termuda, 18 dari Kota Bekasi tersebut.
Di tiang payung raksasa juga ada kipas raksasa yang menyemprotkan air untuk mendinginkan udara. Kipas biasanya berputar kencang saat tengah hari. Sementara itu di bagian dalam Masjid Nabawi, ada sistem pendingin atau AC. Lokasinya di bagian bawah yang dipasang di tiang-tiang masjid.
Setiap payung memiliki dimensi yang spesifik. Payung tersebut memiliki lebar sekitar 25 meter dan tinggi 20 meter dengan atap payung yang terbuat dari 24 lapis kaca tipis yang diperkuat oleh serat kaca. Hal tersebut tentunya memberikan kombinasi keindahan dan kekuatan dalam payung yang ada di Masjid Nabawi.
Penggunaan payung di Masjid Nabawi memiliki aturan yang khas. payung tersebut dibuka dengan jam yang telah diatur yakni dibuka saat syuruq yaitu waktu setelah terbitnya matahari dan sebelum terbitnya matahari sepenuhnya. Ketika menjelang magrib, payung-paung tersebut ditutup kembali. Ketika payung tersebut terbuka maka akan memberikan perlindungan kepada jemaah dari panas matahari dan juga menjaga estetika masjid.
Proses pembukaan dan penutupan payung dilakukan dengan cepat dan tanpa suara. Meskipun ada ratusan payung yang harus diatur, proses ini hanya memakan waktu sekitar tiga menit, sehingga tidak akan mengganggu ibadah jemaah.
Payung-payung raksasa ini tidak hanya berfungsi sebagai peneduh, juga sebagai pengatur aliran udara. Dengan struktur atap yang terbuka pada bagian sisi-sisinya, udara dari luar dapat masuk dengan mudah ke dalam masjid. Hal ini memungkinkan udara segar dari luar untuk mengalir ke dalam masjid dan menciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi para jemaah.
Untuk mencegah jemaah mengalami dehidrasi, pengelola masjid juga menempatkan dispenser air minum zamzam di banyak tempat. Hampir setiap jamaah yang lewat dari tempat air minum zamzam ini, pasti meminumnya. Airnya cukup dingin dan segar di tenggorokan.
Kalau Anda tak sempat meminumnya karena shalat di area luar Masjid Nabawi, Anda masih bisa meminum air dalam kemasan yang dibagi-bagi dalam bentuk botol. Rasanya juga segar dan nikmat saat diminum karena airnya dingin persis seperti air zamzam. Sejumlah jamaah yang shalat Maghrib lebih memilih tidur-tiduran sambil menunggu waktu shalat Isya tiba. (Bersambung)