KEMBALI dari Mina, Selasa (18/7/2024) seluruh jamaah haji melakukan tawaf ifadaf di Masjidil Haram. Tawaf ifadah disebut tawaf ziarah yang dilakukan setelah jamaah haji kembali ke Makkah dari pelaksanaan rangkaian wukuf, mabit, dan melempar jumrah.
Seluruh rombongan KBIHU Maulana Azhari dari Kayuringin Kota Bekasi melaksanakan tawaf ifada pada pukul 18.00 sebelum shalat maghrib. Namun karena belum beroperasionalnya bus transportasi, rombongan harus berjalan kaki menuju Masjidil Haram sejauh 1,5km.
Seperti dilaporkan wartawan tabloid harapan indah Zulkarnain Alfisyahrin dari Makkah, Rabu (19/6/2024), pagi ini sebagian jamaah KBIHU Maulana Azhari yang masuk katagori lansia, risiko tinggi, dan sakit lainnya akan melaksanakan tawaf ifadah pukul 09.00 karena harus menggunakan skuter.
Baik mereka yang sudah melaksanakan tawaf ifadah kemarin maupun yang hari ini, tetap dipimpin Ustad Zaidun. “Afwan Bapak Ibu haji mabrur, untuk yang lansia dan kondisi kurang fit, tawaf ifadahnya Rabu pagi ya jam 09.00,” ujar Ustad Zaidun.
Saat berlangsung tawaf ifadah kemarin, Masjidil Haram dipadati para jamaah haji yang baru kembali dari Mina. Sehingga rombongan juga terbagi dua karena ada yang harus menggunakan skuter. Yang menggunakan skuter pun jumlahnya cukup banyak sehingga harus menunggu antrean panjang.
“Panjang banget, mungkin antreannya sepanjang lorong hotel dah karena padatnya jumlah jamaah yang melakukan tawaf ifadah,” ujar Hisyam, jamaah KBIHU Maulana Azhari.
Sekembalinya dari Masjidil Haram, lagi-lagi karena sarana transportasi tidak ada, jamaah pun harus pulang jalan kaki. Pasalnya, tarif taksi naik 100 persen dari biasanya.
“Waduh, harga taksi naik, dari yang biasanya di kisaran 20 Riyal sampai 40 Riyal, masa mereka mintanya 400 Riyal (1 Riyal = Rp4.500), mending pulang jalan kaki dah, nyampe kita,” lanjut Hisyam.
Sementara di Hotel Al Kiswah Makkah, malam selepas maghrib, suasana berbeda pun terjadi. Karena tidak adanya distribusi makanan, para jamaah pun menyerbu restoran di lantai bawah hotel. Akhirnya, hampir setiap restoran pun habis dalam menjajakan dagangan kuliner Indonesia-nya. Kalaupun ada yang tersisa, hanya tinggal menu baso. Itupun harus rebutan dengan jamaah lainnya. (Bersambung)